RSS

Pembuktian melalui Al-Quran dan Hadith tentang bukti keselamatan Yesus

Argumentasi yang akan aku sampaikan berikut ini mungkin sepertinya tidak berguna karena ditujukan kepada umat Kristiani sedangkan mereka tidak menganut apa yang dikatakan Al-Quran dan Hadith mengenai permasalahan ini. Namun aku akan menyampaikannya juga karena aku ingin umat Kristiani mengetahui mukjizat dari Al-Quran kita dan Rasulullah s.a.w. dan menjelaskan kepada mereka kebenaran yang telah diungkapkan beratus tahun yang lalu. Salah satunya adalah ayat dimana Allah s.w.t. berkata: ‘. . . mereka (orang Yahudi) tidak membunuhnya (Yesus) dan tidak pula mematikannya di atas salib, akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan tentang ini; mereka tidak mempunyai pengetahuan yang pasti tentang ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. (S.4 An-Nisa: 158)

Dalam ayat di atas Allah yang Maha Kuasa menyatakan bahwa walaupun benar Yesus a.s. disalibkan dan umat Yahudi itu begitu bernafsu untuk membunuh beliau, tetapi adalah salah jika umat Yahudi atau pun Kristiani menganggap beliau benar-benar telah wafat di kayu salib. Tidak demikian, karena Tuhan telah menciptakan kondisi-kondisi yang menyelamatkan Yesus dari kematian di kayu salib. Kalau kita renungkan, kita harus mengakui kebenaran yang dikemukakan Al-Quran yang bertentangan dengan keyakinan umat Yahudi dan Kristiani umumnya. Penelitian-penelitian modern sudah membuktikan kalau Yesus selamat dari kematian di salib. Penelitian atas naskah-naskah mereka menunjukkan umat Yahudi tidak pernah bisa menjawab pertanyaan: ‘Bagaimana mungkin Yesus wafat dalam waktu dua atau tiga jam sedangkan tulang-tulangnya tidak diremukkan?’ Kenyataan itu menyebabkan umat Yahudi mencari dalih lain yaitu mereka telah membunuh beliau dengan pedang, padahal sejarah masa lalu bangsa itu tidak ada mencatat kejadian tersebut. Kekuasaan dan kejalalan Yang Maha Abadi telah menciptakan kegelapan di bumi untuk menyelamatkan Yesus a.s. Pada waktu itu terjadi pula gempabumi. Isteri Pilatus mendapat mimpi sehingga gubernur Pilatus cenderung ingin melepaskan Yesus. Saat itu Sabat sudah hamper sampai. Semuanya ini oleh Allah s.w.t dimunculkan pada saat bersamaan guna menyelamatkan Yesus. Beliau sendiri dipingsankan agar dikira sudah mati. Tanda-tanda menakutkan seperta gempa bumi dan kegelapan itu telah menimbulkan sifat pengecut dan ketakutan di hati umat Yahudi disamping ketakutan akan hukuman samawi. Mereka juga takut meninggalkan orang tergantung di salib pada malam Sabat. Karena gelap dan gempa itu timbul kegemparan di antara mereka. Mereka merisaukan keadaan di rumahnya masingmasing, bagaimana anak-anak mereka dalam keadaan gelap dan adanya gempa bumi tersebut. Mereka melihat Yesus yang pingsan sebagai orang yang sudah mati. Hati mereka terguncang hebat karena jika orang itu pembohong dan kafir, mengapa muncul tanda-tanda luar biasa demikian pada saat penderitaannya? Demikian risaunya mereka sehingga mereka tidak bisa berfikir jernih guna memastikan apakah Yesus benar sudah wafat. Semuanya ini adalah rekayasa samawi untuk menyelamatkan Yesus. Hal inilah yang tersirat dari ayat ‘mereka (orang Yahudi) tidak membunuhnya (Yesus) dan tidak pula mematikannya di atas salib,’ dimana Allah s.w.t. menanamkan keyakinan di hati mereka bahwa mereka telah berhasil membunuh beliau.

Keadaan ini menguatkan keimanan mereka yang saleh kepada Allah s.w.t. karena Dia bisa menyelamatkan hamba-Nya dengan cara apa saja. S.3 Ali Imran:46 2 Al-Quran juga menyampaikan ayat yang menyatakan: ‘. . . namanya Al-Masih Isa ibnu Maryam yang dimuliakan di dunia dan di akhirat dan ia adalah dari antara orang-orang dekat kepada Allah (S.3 Ali Imran:46)

Berarti Yesus tidak saja dihormati dan dimuliakan dalam pandangan manusia awam tetapi juga di akhirat. Yang jelas beliau tidak ada dimuliakan di negeri raja Herodes dan Pilatus, bahkan beliau dianggap manusia rendah. Kalau ada yang menyatakan bahwa beliau akan dimuliakan saat kedatangan beliau yang kedua kali ke bumi adalah suatu pandangan tidak berdasar. Hal itu bertentangan dengan kitabkitab suci dan hukum samawi yang abadi. Lagi pula tidak ada bukti yang menguatkan.

Yang benar adalah, karena Yesus selamat dari cengkeraman orangorang terlaknat itu, beliau sampai ke daerah Punjab yang mendapat kehormatan dengan kunjungan beliau itu, Tuhan telah memberikan kemuliaan agung kepadanya karena disinilah beliau bertemu dengan sepuluh suku bangsa Israel yang hilang. Rupanya pada waktu itu orang-orang Israel ini telah beralih menganut agama Buddha dan bahkan jadi penyembah berhala. Namun dengan kedatangan Yesus, sebagian besar dari mereka telah kembali ke jalan yang benar, dan karena adanya ajaran Yesus yang mengkhabarkan kedatangan seorang Nabi, maka kesepuluh suku bangsa Israel yang dikenal sebagai bangsa Afghan dan Kashmiri, pada akhirnya memeluk agama Islam. Jadi Yesus a.s. memperoleh kemuliaan agung di negeri-negeri ini.

Belum lama ini ditemukan sebuah mata uang logam di daerah Punjab tersebut yang bertuliskan nama Yesus dalam aksara Pali. Mata uang itu berasal dari zaman Yesus a.s. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memang sampai di negeri ini dan mendapatkan penghormatan dari rajanya karena mata uang logam itu pasti dikeluarkan oleh seorang raja yang menjadi pengikut Yesus. Ada mata uang logam lainnyabergambar orang Israel yang rupanya gambar Yesus. Dalam Al-Quran pun ada ayat yang menyatakan bahwa Yesus diberkati Allah s.w.t. kemana pun beliau pergi (S.19 Maryam : 32)

Jadi adanya mata-mata uang logam tersebut menunjukkan kalau beliau memang diberkati Tuhan dan sebelum wafatnya memperoleh penghormatan dari seorang raja. Begitu pula Al-Quran menyatakan dalam ayatnya bahwa: ‘Hai Isa, . . . Aku akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang kafir’ (S.3 Ali Imran:56) yang berarti Allah s.w.t. akan membersihkan sangkaan palsu dengan membuktikan kebersihan beliau dan menggagalkan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh umat Yahudi dan Kristiani. Ayat ini merupakan nubuatan akbar. Orang Yahudi karena mengira Yesus mati di kayu salib, lalu menganggap beliau sebagai orang yang terkutuk dan tidak patut memperoleh kasih Tuhan, bahwa nurani Yesus karena laknat telah berbalik dan membenci Tuhan-nya. Kalbu beliau diselimuti tabir tebal kegelapan dan mencintai dosa serta menjauhi kebaikan. Hati itu telah melepaskan diri dari Tuhan-nya dan menjadi pengikut Iblis. Tuduhan yang sama (bahwa beliau terkutuk) juga dilakukan oleh umat Kristiani. Hanya saja umat Kristiani lalu mengkombinasikan kedua posisi yang bertentangan tersebut. Mereka menyebut Yesus sebagai Anak Tuhan tetapi juga menyatakan beliau itu terkutuk ( Galatia 3:13). Padahal mereka menyatakan bahwa seseorang yang terkutuk adalah Putra Kegelapan atau bahkan Iblis itu sendiri. Tuduhan kotor seperti itulah yang dilontarkan kepada Yesus a.s. Namun nubuatan dalam Al-Quran tersebut menunjukkan akan datang saatnya ketika Tuhan akan membersihkan nama baik Yesus, yaitu sekarang inilah. Ketidakbersalahan Yesus menjadi jelas bagi orang-orang yang berfikir berkat pembuktian Rasulullah s.a.w. karena beliau dan Al-Quran memberikan kesaksian kalau semua tuduhan terhadap Yesus tersebut tidak mempunyai dasar. Hanya saja pembuktian tersebut amat halus dan lebih banyak bersifat argumentasi sehingga kurang meyakinkan bagi umat awam. Sebagaimana peristiwa penyaliban itu adalah hal yang nyata dan diketahui umum, maka rasa keadilan samawi juga menuntut agar pembuktian kebersihan beliau juga diperlihatkan secara nyata. Kebersihan Yesus a.s. tidak saja didasarkan pada argumentasi tetapi juga diperlihatkan secara nyata. Mata beratus ribu orang sudah menyaksikan sendiri makam Yesus a.s. yang ada di kota Srinagar, Kashmir. Sebagaimana beliau disalibkan di Golgota (artinya tempat sri), begitu juga makam beliau ada tempat sri yaitu Srinagar.

Tempat Yesus disalibkan disebut Gilgit (Golgota) atau sri sedangkan tempat makam beliau ditemukan di akhir abad sembilanbelas juga bernama Gilgit atau sri. Kemungkinan kota Srinagar berdiri sejak masa Yesus a.s. dan untuk memperingati kejadian penyaliban maka tempat tersebut diberi nama Gilgit. Nama kota Lhasa sendiri berasal dari bahasa Iberani yang artinya ‘kota dari dia yang patut dihormati’ dan kota ini mungkin muncul di masa Yesus berada di sana. Hadith sahih menunjukkan bahwa menurut Rasulullah s.a.w., usia nabi Isa a.s. adalah 125 tahun. Semua sekte dalam agama Islam meyakini kalau Yesus a.s. memiliki dua karakteristik unik tentang diri beliau yang tidak terdapat pada nabi lain, yaitu (1) beliau hidup sampai usia lanjut yaitu 125 tahun, (2) beliau mengembara ke berbagai bagian di dunia dan karena itu disebut sebagai ‘nabi pengembara.’ Karena itu jika dikatakan beliau naik ke langit pada usia 33 tahun maka pernyataan usia beliau 125 tahun itu menjadi tidak benar. Begitu juga beliau belum akan sempat berjalan jauh bila umur beliau hanya 33 tahun. Fakta tersebut tidak hanya terdapat dalam Hadith sahih saja tetapi merupakan hal yang diketahui umum di antara semua sekte agama Islam. Kitab Kamz-ul-Ummal (jilid dua) yang merupakan kumpulan Hadith yang komprehensif di halaman 34 merawikan hadith dari Abu Huraira yang berbunyi: ‘Allah s.w.t. mewahyukan kepada Yesus “Wahai Isa, berpindahlah dari satu tempat ke tempat lain agar engkau tidak dikenali dan dianiaya.”’ Dalam buku yang sama berdasarkan penuturan Jabar dikemukakan bahwa Yesus selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Beliau bepergian dari satu negeri ke negeri lain dan pada malam hari bermalam dimana beliau berada, ia akan memakan daun-daunan dan buah hutan serta minum dari air yang jernih (Jilid 2, halaman 71) Masih dalam buku yang sama terdapat penuturan Abdullah bin Umar yang menyampaikan ‘Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa mereka yang paling disukai di hadapan Allah adalah para ‘Gharib.’ Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan Gharib, beliau menjawab: orang yang seperti Isa Al-Masih yang meninggalkan negerinya karena keimanannya (Jilid 6, halaman 51)

H.M.G.A

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DOSIS DAN MEMILIH POTENSI

Obat-obat Homeopathic yang digunakan ada dalam empat bentuk :

1. Mother Tincture ( Induk / Biang )

2. Pillules ( Pil )

3. Globules ( Globul)

4. Triturations ( Powder / Tepung )

Mother Tincture adalah extract dari obat aslu yang telah disiapkan kebanyakan dalam alkohol.

Pillules ( Pil ) dibuat dari gula tebu yang kemudian diserapkan dengan beberapa tetes cairan obat. Ini disimpan dalam botol kecil dan semuanya mudah untuk dibawa.

Globules adalah pil yang kecil.

Triturations dalam bentuk powder ( tepung ) atau tablet dibuat dari tepung yang berisi obat trituration dengan gula dari susu.

Pil dan globul bisa diberikan kering di lidah atau dihisap tapi jangan ditelan. Dapat juga dilarutkan dalam air murni dan minum.

Triturations dapat diberikan kering di lidah, bersihkan lidah sebelum memakan obat.

Dosis yang biasa dari satu cairan obat adalah satu tetes dalam satu ons air murni untuk orang dewasa, untuk anak-anak ½ tetes dan untuk bayi ¼ tetes. Jika obatnya dalam bentuk Triturations, yaitu bentuk tepung, 3 – 4 butir untuk dewasa, 2 untuk anak-anak dan 1 butir untuk bayi, sudah cukup. Pil atau globul dapat disiapkan dari semua cairan obat. Ambil sebuah botol obat kecil, isi 2/3 nya dengan globul atau pil dan jenuhkan pil ini dengan beberapa tetes cairan obat. Goncang dengan baik. Globul ini dapat diberikan 1 – 2 untuk bayi, 2 – 3 untuk anak-anak, dan 4 – 5 untuk orang dewasa.

REPETION OF DOSES : DOSIS ULANGAN.

Dosis diulang sesuai dengan kekerasan penyakit. Untuk contoh : pada CHOLERA kita dapat mengulang obat setiap satu jam, setengah jam dan seperempat jam. Pada penyakit biasa, dosis mungkin dapat diulangi 4 sampai 6 jam. Pada penyakit kronis, obat dapat diberikan sekali seminggu atau sekali sebulan dan selanjutnya.

SELECTION OF POTENCY : MEMILIH POTENSI.

Ini adalah pertanyaan yang sulit. Tidak ada resep yang menetapkan untuk pemilihan potensi, tapi biasanya potensi rendah seperti 3X, 3, 6, 6X atau 30 digunakan dalam penyakit akut, tapi dalam penyakit kronis potensi tinggi seperti 200, 500, 1000 digunakan pada jarak waktu yang lama. Potensi 10M, 50M, CM diberikan dalam penyakit yang sangat kronis pada jarak waktu beberapa minggu atau bulan.

IS AN ANTIDOTE NEEDED ? : ADAKAH ANTIDOTE DIPERLUKAN ?

Jika seorang pasien memulai pengobatan Homeopathic, tidaklah selalu mudah untuk memberinya beberapa obat untuk antidote / penangkal ( racun ) akibat dari obat yang lebih dahulu. Pada lazimnya NUX VOMICA 30 sampai 200 satu dosis dikatakan untuk antidote semua akibat / effect obat lain. Tapi hanya sekali menetralkan akibat / effect dari obat. Jika kasusnya tidak akut dan penting satu dosis NUX mungkin dapat diberikan dengan memulainya.

TRY HOMEOPATHY TO AVOID SURGERY

PERCOBAAN HOMEOPATHY UNTUK MENGHINDARKAN OPERASI / PEMBEDAHAN

Kami telah menerangkan dalam prinsip singkat dari ilmu Homeopathic, tapi kami menemukan di sana banyak kesalahfahaman dalam pendapat dari orang-orang yang mempelajarinya. Karena itu kami akan menghilangkan masalah ini sejauh mungkin.

Seringkali disebutkan di sana tidak ada ilmu bedah dalam Homeopathy, dan tanpa itu, itu tak dapat disebut ilmu yang lengkap. Ini adalah kesalahfahaman yang besar, Homeopathy adalah suatu ilmu therapi atau seni ilmu pengobatan penyakit manusia dimulai dengan menggunakan bahan / zat yang dapat menyembuhkan. Ilmu bedah adalah suatu kemahiran, satu methode dari menghilangkan halangan yang pasti / nyata dalam menjalani pengobatan suatu penyakit, seperti menghilangkan satu duri dari satu kaki, atau menegakkan suatu pemindahan tulang.

Jika sebutir benda asing masuk ke mata, kita akan menghilangkan benda asing itu dengan mencuci mata dengan menggunakan glass mata, atau jika putar ke atas kelopak mata dan bersihkan mata dengan kain basah, benda asing akan bisa dihilangkan. Di sana tidak ada dua pendapat tentang itu. Semua ilmu apakah ALLOPATHY, HOMEOPATHY, atau AYURVEDA, akan memberikan langkah yang sama. Karena itu, dari jenis ini di mana pemakaian ilmu bedah diperlukan, HOMEOPATHY akan mengizinkannya.

Tapi di sana ada satu perbedaan pendapat mengenai ilmu bedah, di mana bila perlu dan jika itu dapat dihindarkan. Kami mempunyai pendapat dalam 50% dari kasus di mana ilmu bedah dipraktekkan / dilakukan itu dapat diselamatkan dengan menghindarkan operasi. Selanjutnya seperti satu kasus Tonsil ( Amandel ) atau Appendix ( Usus Buntu ) sudah diketahui, ALLOPATHY akan menyarankanku untuk operasi, tapi saya dapat mengatakan dari percobaan saya sendiri banyak kasus Usus Buntu dan Amandel bisa disembuhkan dengan sempurna dengan obat-obat oral, walaupun di sana bisa seperti kasus Appendix ( Usus Buntu ) dan Tonsil ( Amandel ) atu Fistula di mana saya sendiri menyarankan operasi.

Kasus ganrene telah diumumkan tidak dapat disembuhkan dan disanarankan memotong anggota / kaki yang diakibatkannya, diserahkan pada pengobatan Homeopathic dan pasien jadi sehat wal’afiat. Karena itu tidak ada system obat yang dapat disebut tidak lengkap jika dia tidak mempunyai ilmu bedah. Pada kenyataannya, ilmu bedah sudah umum untuk semua system yang dapat menyembuhkan.

Seringkali pasien bertanya pada Homeophats :

“Dokter, dapatkah Homeopathy mengobati satu kasus Asthma ?”

“Adakah obat-obat untuk gangguan pada hati / liver dalam Homeopathy ?”

“Dapatkah pembesaran pada prostate diobati dengan obat-obat tanpa operasi ?”

Ini adalah pertanyaan dari semua pertanyaan seperti itu. Homeopathy itu snagat berhasil mengobati dan menyembuhkan banyak kasus. Oleh karena itu, akan bijaksana untuk memberikan padanya satu pemeriksaan.


READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ASAS PENGABULAN DOA

Inilah segenap upaya dan gejolak dalam diriku yaitu aku berdoa kepada Allah Taala. Banyak harapan-harapan besar dalam keterkabulan doa.” Bahkan ada janji yang jelas dari Tuhan-ku kepadaku, yaitu "UjÄ«bu kulla du'a-ika – Aku akan mengabulkan seluruh doa engkau.”

Akan tetapi aku benar-benar mengerti, bahwa yang dimaksud dengan kul (seluruh) adalah hal-hal yang dengan tidak mendengarnya (tidak mengabulkannya) akan menimbulkan kemudaratan. Akan tetapi jika Allah Ta'ala menginginkan tarbiyat dan ishlah (perbaikan) maka penolakan itu sendiri merupakan pengabulan doa.

Kadang-kadang manusia tidak berhasil dalam suatu doa dan dia beranggapan bahwa Allah Ta'ala menolak doanya. Padahal Allah Ta'ala mendengar doanya, dan pengabulan tersebut adalah dalam bentuk penolakan itu sendiri. Sebab baginya -- baik secara terselubung maupun hakikat – manfaat dan kebaikan terdapat dalam penolakan itu sendiri.

Dikarenakan manusia berpandangan sempit dan tidak berpikiran (berwawasan) luas – dan hanya percaya pada hal-hal yang zahir -- karena itu tepat baginya, agar ketika dia berdoa kepada Allah Ta’ala – dan pada kenyataannya tidak memberikan hasil yang bermanfaat kepadanya – maka hendaknya ia jangan berprasngka buruk terhadap Allah Ta’ala bahwa, “Dia tidak mendengarkan doaku”.

Dia mendengar doa setiap orang, “Ud’Å«ni astajib lakum (berdoalah kepada-Ku, Aku kabulkan bagi kamu). Rahasia dan hikmahnya adalah bahwa manfaat dan kebaikan bagi orang yang berdoa itu terletak dalam penolakan doa itu sendiri. Inilah asas dari doa. Dalam mengabulkan doa Allah Ta’ala tidak mengikuti kehendak dan pikiran kita.

Lihatlah, betapa sayangnya seorang ibu terhadap anak-anaknya, dan sang ibu berkeinginan supaya jangan sampai mereka mendapat kesusahan apapun. Akan tetapi jika anak-anak merengek-rengek meminta hal-hal yang tidak bermanfaat dan menangis meminta pisau tajam atau bara api yang menyala-nyala, maka dalam keadaan adanya kecintaan yang halal serta kasih-sayang yang sejati, apakah seorang ibu akan pernah dapat membiarkan supaya anaknya mengambil bara api lalu membakar tangannya? Atau menghunjamkan tangannya pada mata pisau yang tajam lalu memotong tangannya? Sama­sekali tidak. Dari dasar inilah dapat dipahami mengenai asas pengabulan doa”.

H.M.G.A

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wahyu Suatu Bukti Yang Perkasa Tentang Adanya Tuhan

oleh karena Zat Allah Ta’ala yang kendati pun sangat cemerlang namun tetap saja sangat tersembunyi, oleh karena itu untuk mengenali-Nya tidak cukup hanya dengan menyaksikan tatanan jasmani yang tampak di hadapan kita saja. Itulah sebabnya kebanyakan orang yang menggantungkan diri pada tatanan ini tetap saja tidak dapat melepaskan diri dari gelapnya keraguan dan kebimbangan. Dan kebanyakan mereka terperangkap dalam berbagai kekeliruan, dan karena terjerat dalam syak wasangka yang sia-sia maka mereka telah tersesat jauh. Padahal mereka merenungkan dengan seksama gugusan sempurna dan kokoh itu yang mengandung ribuan keajaiban. Bahkan mereka telah menciptakan kemahiran-kemahiran di bidang astronomi, ilmu alam, dan filsafat, seolah-olah mereka telah menyatu dengan langit dan bumi. Dan seandainya terpikirkan juga sedikit oleh mereka tentang Sang Pencipta maka itu hanyalah sekedar anggapan yang timbul setelah menyaksikan tatanan yang tinggi dan sempurna, sehingga di dalam hati mereka muncul anggapan bahwa hendaknya memang harus ada suatu wujud yang menciptakan tatanan agung yang mengandung sistem yang penuh hikmah ini. Akan tetapi jelas bahwa pemikiran demikian tidak sempurna, dan itu merupakan makrifat yang dangkal. Sebab mengatakan, “Untuk tatanan ini harus ada satu Tuhan” sekali-kali tidak sama dengan ucapan bahwa, “Tuhan itu benar-benar ada!”.

Ringkasnya, itu hanyalah merupakan makrifat mereka yang bersifat dugaan, yang tidak dapat memberikan ketenangan dan ketentraman kepada hati serta sama sekali tidak dapat menghapuskan kebimbangan kalbu. Dan itu bukanlah suatu mangkuk yang dapat menghilangkan kedahagaan akan makrifat sempurna yang telah dipatrikan pada fitrat manusia. Justru makrifat dangkal demikian itu sangat berbahaya, karena setelah heboh demikian rupa akhirnya tanpa hasil dan tidak membuahkan apa-apa.

Ringkasnya, selama Allah Ta'ala sendiri belum menzahirkan keberadaan-Nya melalui Kalam-Nya -- sebagaimana telah Dia zahirkan melalui perbuatan-Nya selama itu pula penelaahan terhadap perbuatan-Nya semata tidak akan memberikan kepuasan. Misalnya, jika kita melihat sebuah kamar yang terasa mengherankan karena terkunci dari dalam, maka dari perbuatan itu pertama-tama yang pasti terpikirkan oleh kita adalah bahwa di dalam kamar itu pasti ada seseorang telah memasang rantai dari dalam, sebab dari luar tidak mungkin rantai bagian dalam itu dapat dipasangkan. Akan tetapi apabila sampai masa tertentu -- bahkan sampai bertahun-tahun -- kendati pun telah berulang-ulang dipanggil dari orang itu tidak juga ada sahutan maka akhirnya pikiran kita yang beranggapan bahwa ada orang di dalam akan berubah. Dan kita akan berpikir bahwa di dalam tidak ada orang, dan kunci itu telah dipasang dari dalam melalui suatu hikmah tertentu. Demikianlah keadaan para ahli filsafat yang telah membatasi pengetahuan mereka hanya pada penelaahan terhadap perbuatan Tuhan. Ini adalah suatu kekeliruan besar menganggap Tuhan seperti sesuatu yang telah mati, yang dapat dikeluarkan dari dalam kubur hanya oleh manusia. Seandainya Tuhan itu demikian—yang di ketahui oleh usaha manusia—saja
maka seluruh harapan kita berkenaan dengan Tuhan yang demikian itu akan sia-sia.

Justru Tuhan itu adalah Dia yang selamanya dan sejak awal terus memanggil manusia ke arah-Nya dengan menyatakannya sendiri: innal maujuud (Aku ada!). Ini sungguh sangat lancang apabila kita berpikiran bahwa dalam mengetahui tentang Tuhan terdapat ihsaan (kebajikan) manusia atas diri-Nya, dan jika para ahli filsafat tidak ada maka Dia seakan-akan tetap tidak akan ditemukan. Dan mengatakan bahwa, “Bagaimana Tuhan dapat berbicara? Apakah Dia memiliki lidah?” Itu pun suatu kekurang-ajaran. Tidakkah Dia telah menciptakan benda-benda langit dan bumi tanpa tangan-tangan jasmani? Tidakkah Dia melihat seluruh alam semesta tanpa mata asmani? Tidakkah Dia mendengar suara-suara kita tanpa telinga jasmani? Jadi, tidakkah mutlak bahwa Dia juga berbicara dengan cara demikian? Sungguh tidak benar, bahwa di masa mendatang Tuhan tidak bercakap-cakap melainkan hanya di masa lampau saja. Kita tidak dapat menutup ucapan dan percakapan-percakapan-Nya sebatas zaman tertentu saja. Tidak diragukan lagi sekarang pun Dia siap mencurahkan mata air ilham kepada orang-orang yang mencari, sebagaimana sebelumnya Dia siap. Dan sekarang juga pintu-pintu karunia-
Nya tetap terbuka seperti halnya dahulu. Ya, karena segala sesuatu telah sempurna maka syariat serta hukum-hukum pun telah sempurna. Dan seluruh kerasulan serta kenabian telah mencapai kesempurnaannya pada titik akhir dalam wujud Junjungan kita Muhammad saw..
(H.M.G.A)

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

FALSAFAH DO’A

Seseorang bayi yang memekik-mekik dan menjerit dalam keadaan lapar, akan mempengaruhi (membangkitkan) gejolak di dalam susu sang ibu. Bayi tidak mengenal apa itu doa, namun kenapa jeritannya itu menarik air susu ibu? Semua orang mempunyai pengalaman dalam hal ini. Bahkan kadang-kadang kita lihat bahwa para ibu tidak merasakan adanya air susu, tetapi tiba-tiba saja air susu itu tertarik keluar oleh pekik tangis sang bayi. Nah, apakah Allah Ta’ala tidak dapat mempengaruhi (menarik) apa-apa sekali pun ? Dapat! Bahkan dapat menarik segalanya! Namun orang-orang buta ruhani yang duduk sebagai fazil (ilmuwan) dan ahli-pikir (filsuf) tidak akan dapat melihatnya. Sebenarnya hal ini mudah untuk dimengerti apabila kita memahami falsafah yang terkandung di dalam hubungan antara seorang ibu dengan bayinya.

Sifat RahÄ«m (kasih-sayang) mengisyaratkan, bahwa rasa kasih-sayang itu timbul setelah diminta, oleh karena itu teruslah minta dan kalian akan memperolehnya. Ud'Å«nÄ« astajib lakum (berdoalah kepakan Aku kabulkan) bukanlah suatu omong-kosong. Bahkan hal ini merupakan suatu kelaziman di dalam fitrat manusia, bahwa memohon (meminta) adalah sifat manusia, sedangkan mengabulkan adalah Sifat Allah Ta’ala.

Barangsiapa yang tidak memahami tidak mengakui hal ini, orang itu dusta. Permisalan seorang bayi yang saya ungkapkan tadi cukup jelas untuk menerangkan falsafah doa.” (H.MG.A)
READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penemu Homeopathic

1775 : Samuel Hahnemann dilahirkan

1767-1770 : Samuel Hahneman mula memasuki sekolah

1770-1775 : Beliau bersekolah di Meissen Prince St. Afra

1775-1776 : Belajar dalam bidang perobatan di Leipzig

1777 : Belajar satu semester di Viennna University

1777-1779 : Menjadi doctor private dan pustakawan

1779 : Hahnemann selesai belajar perubahan di University Erlangen

1780 : Membuka Klinik di Hettstedt, Saxony

1781 : Mengambil latihan pharmaceutical di Dessau

1782 : Tinggal di Dresden- bekerja dibidang perobatan atau kimia

1786 : Publikasi “keracunan Arsenic”

1789 : Berpindah ke Leipzig

1790 : Menterjemah Cullen “Materia Medica” pembuktiannya pada

Cinchona dan lain-lain dadah

1793-1799 : Publikasi Apotheker - Lexikan

1793-1801 : Hahnemann berpindah dan tinggal di beberapa tempat di German

1796 : Definisi prinsip Homeopathy Similia Similibus curentur

Tahun Kelahiran Homeopathy

1801-1803 : Membuka Klinik di Eilenburg

1803-1804 : Klinik di Withenberg dan Dessau

1805-1811 : Klinik di Torgau

1805 : Publikasi kajian saintifik Aesculapius in the Balance

1806 : Hahnemann mempublikasikan “medicine of Experience”

1810 : Publikasi organon of rational Healing

Organon of the Healing Art

1811-1821 : Hahnemenn di Leipzig. Membuka karier sebagai Professor

1821-1835 : Menjadi doctor di kothen. Dilantik sebagai Councillur oleh Duke Ferdinand.

Doktor kepada Ducal Court

1828 : Edisi pertama “Penyakit Kronik”, 5 volume

1829 : Faundasi German Central Society of Homeopathic physicians

1830 : Kematian isteri pertama Hahnemann. Wabak Taun mula melanda Eropa

1832 : Faundasi General Homeopathic Journal

1835 : Hahnemann berkawin dengan Melanie d’Hervilly dan berpindah ke Paris

dan menjadi dokter di sana

1843 : Hahnemann meninggal dunia pada 2 Juli dan dikebumikan di kuburan

Montmartre, kemudian pusaranya dipindahkan ke Pere Lachaise Cernetery

HAHNEMMAN USAHANYA KE ARAH HOMEOPATHY

Pada saat itu tiada ada orang yang ingin mengkritik cara rawatan yang tidak mudah diobati dalam 2000 tahun. Wlaupun pengetahuan mengenai anatomy adalah lebih baik dari pertengahan abad, rawatan adalah measih ditumpahkan kepada latihan seperti bloodletting. (leechcraft), penggunaan erentics (ejen yang menghasilkan muntah), julap, muntahan dan lain-lain penyembuhan senseless. Latihan pada doctor muda adalah dikecualikan karena ringkasnya dan tidak sempurna. Mereka sering meninggalkan university seawal 6 semester selepas belajar. Kebiasaannya tanpa pengalaman yang cukup dan fikiran mereka hanya padat dengan pengetahuan dari buku.

Disebabkan keadaan yang lemah inilah Hahnemann mula mempelajari perobatan di Leipzig dalam 1725, yanay dalam tahun 1779 di Francenian University di Bandar Erlangen dengan thesisnya “A view of causes and Treatment of cramp”.

Pembukaan rawatan pertamanya tidak kekal lama hanya untuk masa yang singkat. Selapas 1780, dia berpindah dari satu tempat ke satu tempat meliputi sebahagian besar bahagian tengah dan Utara German, kecewa dan tidak gembira dengan kaedah dan pengalaman perobatan yang tidak berkesan waktu itu.

HAHNEMANN SEBAGAI PENTERJEMAH

Hahnemann telah menterjemahkan karangan-karangan perobatan dan pharmaceutical. Selain dari bahasa-bahasa klasikal, Hahnemann mempunyai kefasihan di dalam bahasa Inggris, Perancis, Italia, dan kerap menjadi penterjemah. Dlaam masa 30 tahun, dia telah menterjemahkan lebih 12000 muka surat, bahan-bahan asing ke dalam German.

PERCOBAAN HAHNEMANN DENGAN CINCHONA BARK

Aktivitinya sebagai perterjemah akhirnya berakhir. Dalam menterjemahkan Cullen Materia Medica (dikeluarkan di Leipzig, 1790) dari bahasa Inggris ke German, Hahnemann menjadi marah dan tidak puas hati mengenai teori dan penerangan mengenai kkuasa Peruvian Bark Cinchona dalam rawatan penyakit malaria. Akhirnya Hahnemann menguji ke atas dirinya. Dalam beberapa cobaan, dia mendapati kesan photologikal yang berupa demam intermittent atau demam quinine. Dia juga ingin menguji adakah bahan yang menyebabkan demam.

Walaupun dia tidak meneruskan kajian selanjutnya dia juga menguji lain-lain obat dan melihat kesannya seperti dilakukan pada Peruvian Bark. Sekarang sukar diketahui sejauh mana dia yang patut dipilih berdasarkan persamaan antara kesan yang dihasilkan dan masalah yang perlu dirawat.

PERJUMPAAN DAN CATATAN PERTAMA PRINSIP SIMILIA SIMILIBUS

Rangkaikata ‘Similia Similibus’ dijupai pada mulanya dalam karangan Hahnemann bertajuk “Essay on a new Peinciple for Ascerting the Curative Powers of Drugs and Some examinations of the Previous Principle” yang dikeluar dalam Hufeland Jurnal dalam Mei 1796. Hukum ini telah menjadi asas untuk memilih obat yang sesuai dalam perobatan Homeopathy 1796 adalah tahun yang dianggap Homeopathy diasaskan. Selepas tahun berikutnya, Hahnemann mengabdkan dirinya ke arah mengambil prinsipnya di dalam pengalaman dan pengajaran: terutamanya dia bekerja dengan membuat ujukaji ke atas obat-obat. Publikasinya (Fragments Concerning the Positive Powers of Drugs) dalam tahun 1805 melampirkan keputusan kajian awalnya: ia mengandungi jenis penawar.

Penetapan Idea-Idea Baru

Ringkasan pertama pengajiannya berdasarkan hukum yang jelas dapat diperolehi dalam “Therapy of Experience”, yang keluar dalam tahun 1806. Walaupun perkataan homeopathy itu sendiri selamanya tidak digunakan, ciri-cirinya dan perimustahaknya telah dijelaskan di dalam publikasi ini – yaitu hasil kerja Hahnemann yang utama – organonnya.

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kehidupan Rasulullah Bagaikan Kitab Terbuka

Kehidupan Pendiri Agung Agama Islam adalah bagaikan kitab terbuka yang pada tiap-tiap bagiannya kita menjumpai penjelasan dan perincian yang sangat menarik. Tidak ada Guru atau Nabi lain yang kehidupannya direkam begitu lengkapnya dan yang karenanya begitu mudah dipelajari seperti kehidupan Rasulullah s.a.w.. Memang banyaknya fakta-fakta yang tercatat itu telah membuka kesempatan untuk celaan-celaan jahat. Tetapi, menjadi kenyataan pula bahwa sesudah celaan-celaan itu diselidiki dan dibuktikan kekeliruannya, kepercayaan dan kecintaan, sebagai akibat dan hasilnya, tidak mungkin ditimbulkan oleh kehidupan siapa pun. Kehidupan-kehidupan yang gelap dan samar bebas dari celaan, tetapi semuanya gagal menimbulkan keyakinan dan kepercayaan dalam diri para pengikutnya. Beberapa kekecewaan dan kesukaran pasti tetap ada. Tetapi kehidupan yang begitu banyak diriwayatkan dengan sangat terinci seperti kehidupan Rasulullah s.a.w. memaksa kita merenung dan akhirnya timbul keyakinan; setelah celaan-celaan dan tuduhan-tuduhan palsu dilenyapkan, kehidupan yang demikian itu membangkitkan cinta kita yang penuh dan kekal. Tetapi, hendaknya menjadi jelas bahwa riwayat hidup yang demikian terbuka dan kayanya itu tidak mungkin diceritakan dengan singkat. Yang dapat diusahakan hanya sekelumit belaka. Tetapi pandangan sekejap mata pun tetap sangat berharga. Seperti kami katakan tadi, sebuah Kitab Wahyu hanya sedikit memberi daya tarik kecuali jika mempelajarinya itu dilengkapi dengan pengetahuan tentang Guru si pembawanya. Pokok ini telah diabaikan oleh kebanyakan agama. Agama Hindu, umpamanya, menjunjung tinggi Weda, tetapi tentang risyi-risyi yang menerima Weda dari Tuhan, kita tidak dapat menceriterakan apaapa. Keperluan melengkapi suatu ajaran agama dengan riwayat hidup pembawanya agaknya tidak dirasakan penting oleh tokoh-tokoh Hindu. Ulama-ulama Yahudi dan Kristen, pada lain pihak, tidak ragu-ragu memburuk-burukkan nabi-nabi mereka sendiri. Mereka lupa bahwa wahyu yang telah gagal dalam memperbaiki nama baik siapa yang menerimanya, tidak banyak lagi gunanya untuk orang-orang lain. Jika penerima wahyu sukar diketahui, maka timbullah pertanyaan, mengapa Tuhan telah memilih dia? Haruskah Dia berbuat demikian? Tak ada persangkaan yang nampaknya cocok.

Mengira bahwa wahyu itu tidak dapat memperbaiki nama baik mereka yang menerimanya, sama tidak masuk akal seperti persangkaan bahwa Tuhan tak punya pilihan lagi kecuali memilih penerima wahyu yang tak punya kemampuan untuk menerima sebagian wahyu-wahyu-Nya. Walaupun demikian, pikiran dan persangkaan semacam itu telah menyelinap ke dalam berbagai agama, barangkali karena jarak waktu yang memisahkan mereka dari para Pendirinya atau karena kecerdasan otak manusia sampai diturunkannya Islam tidak sanggup mengetahui kesesatan pikiran semacam itu. Betapa pentingnya dan berharganya soal menghubungkan sebuah Kitab Suci dengan Guru yang membawanya, sudah disadari sangat dini dalam Islam. Salah seorang dari istri-istri Rasulullah s.a.w. ialah Aisyah, yang masih muda sekali. Usia beliau kira-kira13-14 tahun ketika beliau dinikahkan kepada Rasulullah s.a.w. Kira-kira delapan tahun beliau hidup dalam ikatan nikah dengan Rasulullah s.a.w.. Ketika Rasulullah s.a.w. wafat, usia istri beliau baru 22 tahun. Beliau masih muda dan buta huruf. Walaupun demikian, beliau tahu benar bahwa suatu ajaran tak dapat dipisahkan dari Guru yang membawanya. Ketika beliau ditanya tentang akhlak dan kepribadian Rasulullah s.a.w., beliau menjawab segera bahwa akhlak Rasulullah s.a.w. adalah Al-Qur’an (Abu Daud).

Apa yang diamalkan Rasulullah s.a.w. adalah apa yang diajarkan oleh Al-Qur’an. Pula apa yang diajarkan oleh Al-Qur’an adalah tak lain selain apa yang diamalkan beliau. Telah menambah kecemerlangan Rasulullah s.a.w. bahwa seorang wanita muda yang buta huruf sanggup menangkap suatu kebenaran yang tidak tertangkap oleh sarjana-sarjana Hindu, Yahudi, dan Kristen.

Siti Aisyah r.a. melukiskan suatu kebenaran yang luhur dan penting itu dalam kalimat yang pendek dan sederhana; seorang Guru yang benar dan jujur tidak mungkin mengajarkan sesuatu tetapi melakukan lain lagi, atau mengerjakan sesuatu tetapi mengajarkan lain lagi. Rasulullah s.a.w. adalah Guru yang benar dan jujur. ltulah yang sesungguhnya ingin dikatakan Siti Aisyah r.a.. Rasulullah s.a.w. melakukan apa yang diajarkan, dan beliau mengajarkan apa yang dilakukan. Untuk mengetahui beliau, kita harus mengetahui Al-Qur’an dan untuk mengenal Al-Qur’an kita harus mengenal pula Rasulullah s.a.w..


(H.M.B.M.A)

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aspek Medis Penyaliban Yesus as

Banyak sudah ditulis dan berbagai teori telah dilontarkan orang mengenai penyebab kematian Yesus atau Nabi Isa a.s. di atas kayu salib. Namun tidak ada dari teori-teori itu yang menjelaskan rincian sejarah, injili maupun medikal dari kejadian tersebut.

Pontius Pilatus sebagai Gubernur Roma yang mengadili Nabi Isa a.s. meyakini ketidakbersalahan beliau namun terpaksa menyerahkannya kepada para musuh beliau saat mereka mengancam akan mengadukan dirinya kepada Kaisar Roma jika ia sampai membebaskan Yesus (Yohanes 19:12). Hanya saja secara rahasia ia melakukan segala upaya guna menyelamatkan Yesus dari kematian. Ia memperpanjang masa persidangan sampai sore di hari Jumat karena mengetahui bahwa adalah bertentangan dengan hukum Taurat bagi umat Yahudi untuk meninggalkan seseorang tergantung di salib setelah senja masuk Sabbath. Waktu yang tersisa untuk penyaliban demikian singkatnya sehingga tidak mungkin kalau Yesus bisa mati di atas salib. Kedua pencuri yang bersama disalib selama jangka waktu yang sama dengan beliau, nyatanya masih tetap hidup saat itu sehingga untuk membunuh mereka maka kaki-kaki mereka diremukkan, sedangkan Yesus diselamatkan dari petaka demikian (Yohanes 19:32). Yusuf dari Arimathea, seorang murid rahasia dari Yesus, telah memohon kepada Pilatus agar dirinya diizinkan membawa pulang jasad Yesus, dimana hal ini bertentangan dengan kebiasaan saat itu, tetapi ternyata Pilatus mengizinkannya melakukan hal tersebut. Kemudian Yusuf beserta Nikodemus, yang adalah seorang tabib, mengangkut jasad Yesus tetapi tidak menguburkannya di pemakaman umum. Mereka meletakkan beliau dalam sebuah makam berongga. Yesus hanya pingsan di atas kayu salib, dianggap orang banyak telah mati, tetapi kemudian pulih kembali dari keadaan koma. Ketika diberitahukan keadaan Yesus, nyatanya Pilatus merasa heran bagaimana mungkin Yesus bisa mati dalam jangka waktu yang demikian singkat (Markus 15:44).

Sebelum disalib, Yesus dilecut terlebih dahulu. Lecutan demikian menggunakan cambuk dengan duabelas tali kulit yang bermula pada sebuah genggaman. Di ujung masing-masing tali kulit terdapat bola besi kecil atau serpihan tulang domba yang tajam. Beberapa lecutan yang pertama akan menimbulkan memar dan lebam, tetapi lecutan berikutnya akan mengakibatkan serpihan tulang domba itu menyayat lapisan kulit subkutan dan jaringan otot. Rasa sakit dan kehilangan darah akan menimbulkan renjatan (shock) pada sirkulasi darah yang tergantung pula pada banyaknya darah yang terbuang.

Yesus harus memikul patibulum (salib kayu yang bobotnya sekitar 40-60 kg) di atas bahunya dan berjalan menelusuri jalan berbatu karang di kota Yerusalem menuju Golgotha, tempat dilakukannya penyaliban. Beliau terjatuh berulang kali. Seorang kepala prajurit (centurion) Roma menyuruh Simon untuk membantu memikulkan salib sampai ke Golgotha yang terletak sekitar 600 meter dari tempat itu. Kenyataan bahwa Yesus masih sanggup memikul salib walau sebagian jarak ke Golgotha meski dengan susah payah, menunjukkan kalau status sirkulasi darah di tubuh beliau setelah pencambukan itu masih cukup baik karena orang yang mengalami shock sirkulasi darah tidak akan mampu membawa beban tubuhnya di atas kakinya sendiri. Penyaliban terjadi sekitar tengah hari dan penampakan kematian Yesus terjadi seketika sekitar jam 15:00. Yesus berada di atas salib hanya sekitar 3-6 jam saja sedangkan tujuan hukuman dengan salib adalah untuk menimbulkan kematian yang lambat yang biasanya berlangsung sampai tiga atau empat hari lamanya.

Masa bertahan menderita di atas kayu salib bervariasi menurut kondisi nutrisi hari-hari si korban, jumlah darah yang telah tumpah dan banyaknya cairan tubuh yang hilang, kondisi cuaca serta usia si korban. Menurut Barbet, durasi tersebut biasanya antara 24 sampai 36 jam (Barbet P., A Doctor at Calvary, diterjemahkan oleh Earl of Wicklow, P.J.Kennedy and Sons, New York, 1953, h. 41174). Seorang yang berusia 33 tahun dan memiliki phisik yang kuat, tidak mungkin mati dalam jangka waktu demikian singkat. Yang pasti beliau kehilangan kesadaran, diturunkan dari kayu salib, kemudian mendapat pengobatan atas luka-lukanya dengan ramuan (yang kemudian dikenal sebagai balsam Isa).

Menurut salah satu teori, Nabi Isa a.s. wafat karena tercekik atau sesak nafas (asphyxia = kehabisan udara). Teori asfiksiasi ini menyatakan bahwa bobot tubuh yang menarik ke bawah lengan-lengan yang terentang akan menimbulkan jaringan otot intercostal (jaringan otot di antara tulang-tulang rusuk) menjadi tertarik sampai ke limitnya sehingga menghalangi ekshalasi udara dari paru-paru. Untuk bisa melakukan ekshalasi udara secara sempurna, Yesus harus mendorong tubuhnya ke atas bertumpu pada paku yang terhunjam di kaki beliau, agar jaringan otot dinding rongga dada bisa mengendur. Kebiasaan yang berlaku untuk meremukkan tulang kaki (femur) dengan batang besi berat akan mencegah si korban bisa mengangkat dirinya ke atas, dengan akibat cepat munculnya asfiksiasi. Ritual meremukkan kaki ini biasanya dilakukan saat si korban sudah sangat kelelahan atau telah dekat kematiannya.

Hanya saja Zugibe telah membuktikan secara konklusif bahwa teori asfiksiasi bisa dibenarkan kalau saja tangantangan si korban terikat di atas kepalanya, dan tidak akan terjadi jika lengannya itu terentang dengan sudut derajat 65-70 terhadap palangan salib sebagaimana halnya yang terjadi pada Yesus. Ia ini telah melakukan uji coba tentang telaah eksperimental penyaliban dengan menggunakan tenaga sukarelawan (Zugibe F. T., Death by Crucifixion, Can. Soc. Forens. Sci. J. 1984, 17:113). Ia mensuspensi beberapa orang muda yang sehat berumur antara 20 sampai 35 tahun di atas sebuah salib dengan menggunakan belenggu kulit untuk pergelangan tangan dan bilah kulit untuk penahan kaki. Periode suspensi itu berlangsung antara lima sampai empatpuluh lima menit. Timbul cara pernafasan dengan menggunakan rongga perut dan setelah empat menit, tingkat respiratori meningkat empat kali. Ia mencatat beberapa gejala lain seperti berkeringat deras, tachycardia (jantung yang memburu), kedutan dan kejang otot serta perasaan panik. Namun yang menarik ialah tidak ada dari tenaga sukarela itu yang melaporkan kesulitan bernafas, baik menghirup (inhalasi) atau pun menghembus (ekshalasi). Saturasi oksigen dan pH arteri tetap tidak berubah sedangkan enzim jaringan meningkat. Lagi pula, rekonstruksi mengenai posisi di atas salib memastikan bahwa kaki-kaki beliau tidak diremukkan untuk mencegah yang bersangkutan mengangkat tubuhnya guna bernafas, mengingat juga tubuh itu sudah dalam posisi terangkat (Hans N., Anthropological Observations on the Skeletal Remains from Giv’ at HaMivtar, dalam Discoveries and Studies of Jerusalem, Israel Exploration J. 1970; 20 (12): 3859).

Analisis atas Kain Kafan dari Turin memastikan bahwa ada sebuah tubuh dari seorang yang disalib pernah terbaring dalam kafan tersebut dan orang itu mengalami penderitaan persis sama seperti yang dialami oleh Yesus. Temuan itu juga memastikan bahwa orang tersebut tidak mati di atas salib dan yang bersangkutan diturunkan dari salib untuk dimakamkan dalam keadaan masih hidup. Adanya duapuluh delapan bercak darah di Kain Kafan itu mendukung teori di atas. Para peneliti menyatakan bahwa mustahil sebuah tubuh yang telah mati untuk mengucurkan darah sebagaimana yang terjadi pada tubuh yang diselimuti Kafan tersebut. Analisis atas luka yang diakibatkan oleh tombak tentara Roma menunjukkan adanya dua lubang luka, satu di sisi kanan dada saat tombak mempenetrasi rongga dada dan luka satunya lagi di sisi kiri dada yang diakibatkan oleh ujung tombak yang keluar dari tubuh. Bila ditarik garis datar dari lubang masuk sampai ke lubang keluar maka terlihat kalau sudut derajat tombak saat menembus rongga dada adalah 29 derajat. Karena tombak itu menembus di antara rusuk ke lima dan ke enam maka garis lintas tombak itu lewat di atas jantung. Dengan demikian salah jika menyimpulkan bahwa darah dan air yang keluar dari luka diakibatkan oleh penetrasi bilik jantung. Lebih mungkin disebut sebagai efusi pleuri (pleura = membran pembungkus paru-paru) sekunder atau emboli kecil pulmonari yang menimbulkan koleksi hemorhegik. Aliran darah kedua dari luka sisi tersebut terjadi ketika tubuh diletakkan di suatu tempat yang horisontal dan ini mendukung pandangan bahwa yang terjadi adalah efusi pleuri karena keadaannya akan lain jika yang tertembus adalah jantung itu sendiri (Johnson C. D., Medical and Cardiological Aspects of the Passion and Crucifixion of Jesus the Christ, Bol. Assoc. Med. P. Rico, 1978, 70:97102.).

Beberapa faktor harus ada sebagai penyebab kematian pada korban karena penyaliban. Antara lain adalah kegagalan renal (ginjal) yang akut yang merupakan ikutan dari shock trauma, hipovolemia (berkurangnya plasma darah yang beredar) dan rhabdomyolysis, asidosis metabolisme (kehilangan alkali dan bertambahnya karbon dioksida) dan kemudian akibat dari penyaliban itu sendiri adalah asidosis respiratori (karena penimbunan karbon dioksida). Trauma luka dada akan menimbulkan atelektasis (paru-paru yang mengempis). Hanya saja keadaan hypercoagulable akibat dari dehidrasi dan rhabdomyolysis akan menimbulkan emboli pulmonari yang berulang. Keadaan ini beserta sejenis kegagalan jantung akibat asidosis akan menyebabkan efusi pleura. Berjuta-juta orang meyakini kalau Kain Kafan dari Turin sebagai kafan yang membalut tubuh Yesus setelah diturunkan dari salib. Ada juga orang-orang yang menganggapnya sebagai barang palsu dan meragukan keasliannya. Namun mereka yang meragukan kain kafan ini sebagai suatu yang palsu dan mengatakan bahwa bercak yang terdapat pada Kafan itu sebagai hasil karya seorang seniman, tetap saja tidak mampu menjelaskan mengapa Kafan itu bisa menerakan imaji negatif di permukaannya. Tanda-tanda yang ditinggalkan oleh mahkota duri, darah semi koagulasi di tengah dada, banyaknya luka karena lecutan cemeti, lubang akibat paku di tangan dan di kaki serta gambaran masih utuhnya kaki sang korban disamping terdapatnya fosil serbuk sari dari sebelas jenis tumbuhan dimana enam di antaranya diidentifikasikan telah punah saat kini tetapi diketahui pernah tumbuh di Palestina 2000 tahun yang lalu, semua itu menjadikan ragu kalau imaji di Kafan tersebut buatan manusia dan bahwa sosok yang dibungkusnya adalah lain dari Nabi Isa a.s. Adalah suatu hal yang menarik bahwa jasad Yesus dibawa ke sebuah makam milik Yusuf dari Arimathea dan bahwa sejalan dengan kebiasaan bangsa Yahudi di masa itu, makam demikian tidak berisi tanah. Ada sebuah batu besar yang menjadi penutupnya. Pada hari Minggu, umat Yahudi bebas bisa mengunjungi tempat dimana Yesus diistirahatkan. Tetapi pagi hari sekali ketika masih gelap, Yesus sudah tidak berada di sana. Tak lama kemudian, beliau terlihat oleh Maryam yang tadinya mengira kalau beliau adalah tukang kebun(). Kemudian setelah itu Nabi Isa a.s. berbicara kepada para murid, bepergian ke Galilea, makan roti dan ikan, menunjukkan jejas luka di tubuhnya kepada para pengikut beliau dan meloloskan diri secara rahasia dari daerah yurisdiksi Pilatus (Matius 28:7). Kepada para murid yang mengira beliau adalah hantu, beliau mengatakan:
‘Lihatlah tanganku dan kakiku, aku sendirilah ini, rabalah aku dan lihatlah karena hantu tidak ada daging dan tulangnya seperti yang kamu lihat padaku.’ (Lukas 24:39)

Setelah selamat dari hukuman salib, Nabi Isa a.s. merupakan orang hukuman atau buronan sehingga beliau harus menghilang dari Palestina. Beliau setelah peristiwa itu ada beberapa kali bertemu dengan para murid untuk menjelaskan tentang bagaimana menyebarkan ajarannya, setelah mana beliau kemudian berjalan ke arah Timur. Jika benar Yesus wafat di atas salib maka beliau telah gagal dalam melaksanakan tugas yang telah diembankan kepadanya untuk menyelamatkan suku bangsa Israil yang hilang.

Dr. H.U. Rehman – Chelmsford, UK

Penterjemah : A.Q. Khalid
READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS