RSS

PENGOBATAN

Kita mengetahui gejala yang diberikan dari penyakit dan obat-obatnya dengan gejala tertentu atau sifat-sifat masing-masing. Seseorang yang bukan ahli dan nyonya rumah / ibu rumah tangga dapat memilih dan mengobati penyakit biasa dengan pertolongan petunjuk ini. Dalam kasus yang serius, dapat berkonsultasi dengan seorang Homeopath di kota atau daerah anda.

Sekali lagi digarisbawahi Homeopathy bukanlah mengobati penyakit seperti mereka atur dalam system pengobatan lain, tapi gejala itu terjadi dalam bermacam-macam penyakit. Pada penyakit tunggal mungkin satu perubahan besar dari kasus dengan perbedaan semua gejala. Karena itu pembaca menyarankan untuk memeriksa ini dengan seksama seperti dia barangkali dapat dengan gejala dari bermacam-macam obat yang ditunjukkan dalam penyakit sebelum selesai memilih obat.

Untuk sebab ini, obat-obat yang ditunjuk dalam type bolder / contoh yang berani dan memperoleh satu tempat yang utama dalam buku ini. Ini tidak akan membingungkan pembaca sebab itu dari bermacam-macam obat telah dipilihnya sendiri. Tambahan pula, mendekati semua obat yang digunakan dalam banyak penyakit yang tidak lagi membingungkan pembaca. Dalam Homeopathy satu obat dapat digunakan dalam banyak penyakit.

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SURVIVAL OF THE FITTEST (YANG TERBAIK YANG BERHASIL)

Menurut Al-Quran, keberhasilan dan kemenangan akhir suatu ajaran tergantung sepenuhnya pada keampuhan argumentasinya dan bukan pada kekuatan material yang dikuasainya. Al-Quran mengatur mengenai hal ini dengan sangat jelas dan tegas. Dikemukakan bahwa meskipun digunakan kekuatan yang amat perkasa guna menghapuskan kebenaran dan membenarkan kebathilan, usaha-usaha demikian akan kalah juga. Nalar pikiran tetap saja akan menang atas kekerasan senjata material. Sebagai contoh, Al-Quran menyatakan :

... Tetapi berkata mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Allah pada suatu hari: “Berapa kali golongan yang sedikit telah mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar maka janganlah takut. (S.2 Al-Baqarah : 250)


Konsep mengenai keunggulan Islam perlu dipahami dalam konteks perintah samawi di atas. Di bagian lain Al-Quran mengemukakan :

... Allah ridha akan mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Mereka itu golongan Allah. Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah-lah orang-orang yang berhasil. (S.58 Al-Mujadila : 23)

Ketika saat perang Badar (perang pertama dalam sejarah Islam), pasukan besar penyembah berhala Mekah dihadapkan pada sejumlah kecil prajurit Muslim yang jumlah maupun persenjataannya jauh kalah, dimana mereka terpaksa bertempur mempertahankan keimanannya dan bukan keselamatan dirinya sendiri. Mengenai ini Al-Quran mengatakan:

... Supaya binasalah orang-orang yang telah binasa dengan keterangan yang jelas, dan supaya hiduplah orang yang telah hidup dengan keterangan yang jelas. (S.8 Al-Anfal : 43)

Inilah prinsip abadi yang amat berperan dalam evolusi manusia. Esensi daripada amanah tersebut adalah keberhasilan dari mereka yang terbaik (survival of the fittest). Hal ini juga yang menjadi methodologi daripada evolusi kehidupan.



READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengenali Agama Yang Benar

Agar bisa mengenali apa yang dimaksud sebagai agama yang benar, kita perlu melihat tiga hal. Pertama adalah melihat apa yang menjadi ajaran agama itu mengenai Tuhan. Yang dimaksud adalah bagaimana pandangan agama itu berkaitan dengan Ke-Esa-an, kekuatan, pengetahuan, kesempurnaan, keagungan, pengganjaran hukuman, pemberian rahmat dan sifat-sifat Ilahi lainnya. Kedua, perlu bagi seorang pencari kebenaran untuk menanyakan apa yang diajarkan agama bersangkutan berkaitan dengan dirinya sendiri. Apakah ada dari antara ajaran agama itu yang akan mencederai hubungan antar manusia, atau menyebabkan manusia melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan kepatutan dan kehormatan, atau bertentangan dengan hukum alam, atau tidak mungkin dapat dipatuhi atau dilaksanakan, atau bahkan membahayakan jika dikerjakan. Juga perlu memperhatikan apakah ada ajaranajaran penting bagi pengendalian kesemrawutan, malah ditinggalkan.

Begitu pula, perlu kiranya mengetahui bagaimana agama itu mempresentasikan Tuhan sebagai yang Maha Pengasih, dengan Wujud mana hubungan harus dihidupkan dan apakah ada mengatur petunjuk-petunjuk yang akan menuntun seseorang dari kegelapan kepada pencerahan, dari keadaan acuh menjadi eling ( selalu ingat). Ketiga, perlu bagi seorang pencari kebenaran untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tuhan yang dipresentasikan oleh suatu agama bukanlah sosok yang didasarkan pada kisah dan dongeng atau menyerupai barang mati. Beriman kepada sosok tuhan yang menyerupai benda mati dimana keimanan kepadanya bukan karena adanya manifestasi dirinya tetapi karena rekayasa fikiran manusia, sepertinya menyudutkan Tuhan yang sebenarnya. Tidak ada gunanya beriman kepada Tuhan yang kekuasaan-Nya tidak bisa dirasakan dan yang Dia sendiri tidak memanifestasikan tanda-tanda eksistensi-Nya.

Agama yang mengaku berasal dari Tuhan harus mampu memperlihatkan tanda-tanda berasal dari Tuhan dan harus menunjukkan meterai Tuhan yang membuktikan kenyataan bahwa agama itu memang berasal dari Tuhan. Yang memenuhi syarat demikian adalah Islam. Allah yang tersembunyi bisa dikenali melalui agama ini dan memanifestasikan Wujud-Nya kepada para penganut tulus dari agama ini. Suatu agama yang benar akan didukung oleh tangan Allah dan melalui agama ini Allah memanifestasikan Wujud-Nya untuk menunjukkan bahwa Dia itu eksis. Agama-agama yang sepenuhnya tergantung kepada kisah-kisah dan dongeng, tidak lebih dari merupakan bentuk penyembahan berhala. Agama seperti itu tidak ada memiliki ruh kebenaran.

Jika Tuhan itu hidup sebagaimana ada-Nya, berbicara dan mendengar sebagaimana yang dilakukan-Nya, maka tidak ada alasan bagi-Nya untuk terus berdiam diri seolah-olah Dia tidak ada. Kalau Dia tidak berbicara di abad ini, maka sejalan dengan itu pasti juga Dia tidak mendengar. Dengan kata lain, Dia itu sekarang bukan apa-apa. Hanya agama yang benar yang dapat membuktikan bahwa Tuhan mendengar dan berbicara di masa sekarang ini juga. Dalam agama yang benar, Tuhan menunjukkan eksistensi-Nya melalui bicara-Nya. Mencari Tuhan bukanlah hal yang mudah dan tidak bisa dilakukan oleh para filosof atau orang-orang bijak duniawi. Observasi langit dan bumi hanya memberikan kesimpulan bahwa meskipun dengan melihat keteraturannya mengindikasikan kemungkinan adanya sosok Pencipta, namun tidak menjadi bukti nyata bahwa Pencipta itu memang benar ada. Ada perbedaan besar di antara ‘kemungkinan ada’ dengan ‘ada’ itu sendiri. Al-Quran adalah satusatunya kitab yang mengemukakan eksistensi-Nya sebagai suatu fakta, yang tidak saja mendorong manusia untuk mencari Tuhan tetapi juga menjadikan Diri-Nya mewujud. Tidak ada kitab lain yang memanifestasikan Wujud yang tersembunyi tersebut.

Agama tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang dilontarkan atas nama agama. Dalam konteks demikian, tidak ada yang memperhatikan penekanan hawa nafsu batin atau penciptaan silaturrahmi dengan yang Maha Terkasih. Satu kelompok menyerang kelompok lain seperti di antara hewan anjing dan setiap bentuk kelakuan buruk dipertontonkan atas nama agama. Orang-orang demikian tidak menyadari apa tujuan kelahiran mereka di dunia dan apa yang menjadi tujuan pokok dari hidup mereka itu. Mereka tetap saja membutakan mata dan bersikap jahat serta menguar kefanatikan mereka atas nama agama. Mereka mempertontonkan kelakuan buruk mereka dan menggoyang lidah mereka yang loncer guna mendukung tuhan fiktif yang eksistensinya tidak bisa mereka buktikan. Apa gunanya agama yang tidak mengajarkan penyembahan sosok Tuhan yang Maha Hidup? Tuhan yang mereka kemukakan tidak lebih baik dari bangkai mati yang berjalan karena ditopang penyangga, dimana jika penyangganya diambil maka ia akan jatuh ke tanah. Satu-satunya yang mereka peroleh dari agama seperti itu adalah kefanatikan membuta. Mereka sama sekali tidak takut kepada Allah dan tidak memiliki rasa kasih kepada umat manusia yang sebenarnya merupakan semulia-mulianya akhlak.

H.M.G.A

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Diin (Agama/Keruhanian) dan Cara Mensikapi Dunia

Diin (agama/keruhanian) dan dunia tidak dapat bersatu di satu tempat. Kecuali dalam kondisi Allah menghendaki, maka Dia dapat menjadikan fitrat seseorang menjadi tangguh (gigih) sedemikian rupa, sehingga dengan kesibukannya dalam urusan-urusan dunia pun orang itu dapat mendahulukan agamanya. Ada juga orang-orang yang demikian.

Ada uraian tentang seseorang di dalam buku Tadzkiratul Aulia. Orang itu sibuk dalam urusan dagang senilai jutaan rupiah. Seorang waliullah melihatnya, dan memandangnya dengan pandangan kasyaf maka sang waliullah itu pun mengetahui bahwa orang tersebut walau sedemikian rupa dalam urusan perdagangannya, tetapi satu detik pun dia tidak pernah lalai terhadap Allah Ta’ala.

Mengenai orang demikian Allah Taala berfirman: "[Rijaalun] laa tulhiihim tijaaratun wa laa bai’un ['an dzikrillaah] - [Mereka adalah laki-laki] yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual-beli [dari mengingat Allah] - An-Nuur, 38). Dan kehebatan [seorang] manusia adalah, dia tetap sibuk dalam urusan-urusan duniawi namun tetap saja dia tidak melupakan Allah.

Sungguh tidak bergunalah seekor bagal (kuda beban) yang langsung terduduk tatkala dimuati beban, tetapi ketika kosong dia dapat berjalan melenggang. Ia tidak layak dipuji. Seorang faqir yang gentar terhadap pekerjaan-pekerjaan duniawi lalu menjadi petapa, dia memperlihatkan suatu kelemahan.

Di dalam Islam tidak ada rahbaniyyat (meninggalkan dunia dan mengurung diri hanya untuk beribadah saja -pent.). Saya tidak pernah mengatakan agar [kalian] meninggalkan istri-istri dan anak-anak, serta meninggalkan urusan-urusan duniawi. Tidak. Justru seorang pegawai hendaknya menjalankan tugas-tugas kepegawaiannya. Seorang pedagang, hendaknya memenuhi tugas-tugas perniagaannya, namun utamakanlah diin (agama/keruhanian).

Contohnya ada di dunia ini. Para pedagang dan pegawai, walaupun mengerjakan perniagaan dan tugas kepegawaian mereka dengan sangat baik, tetap saja mereka mempunyai istri dan anak­-anak. Mereka memenuhi hak-hak anak-istri secara merata. Demikian pulalah, seorang manusia dapat memenuhi hak-hak Allah Ta’ala beriringan dengan segenap kesibukan tersebut. Dan manusia dapat menjalani hidupnya sangat baik dengan mendahulukan diin (agama/keruhanian) daripada dunia.

Dengan Allah Ta’ala manusia memiliki hubungan fitrati. Sebab di hadapan Allah Ta’ala ketika ditanya, “alastu birabbikum (bukankah Aku Tuhan-mu?), fitrat manusia telah melontarkan ikrar qaluu balaa (benar, mengapa tidak).

Ingatlah, seseorang yang mengatakan, "Pergilah ke hutan belantara dan dengan demikian jauhlah kekotoran-kekotoran dunia, lalu beribadatlah kepada Tuhan," [berarti] dia takut terhadap dunia lalu melarikan diri dan memilih sikap yang tidak jantan.

Lihat, mesin lokomotif adalah benda mati yang menarik ribuan orang bersamanya, dan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Maka sangat disayangkan atas makhluk hidup yang tidak dapat menarik siapa pun bersamanya.

Allah Ta’ala telah menganugerahkan kekuatan-kekuatan (potensi-potensi) besar pada manusia. Di dalam diri manusia telah ditanamkan sebuah khazanah kekuatan oleh Allah Ta’ala. Tetapi manusia dengan malas menyia-nyiakan kekuatannya, dan oleh perempuan pun terlampaui.

Ini merupakan suatu ketentuan, bahwa kekuatan-kekuatan (potensi-potensi) yang tidak dipergunakan, lambat-laun akan menjadi lenyap. Jika selama 40 hari seseorang tinggal dalam kegelapan maka cahaya matanya akan menjadi lenyap (buta).

Ada seorang saudara kami. Pembuluh darahnya robek maka petugas operasi mengatakan supaya jangan menggerakkan tangan. Karena terlalu hati-hati, dia betul­-betul tidak menggerakkan tangan. Akibatnya, setelah 40 hari tangan itu pun kaku sama­-sekali.

Kekuatan (potensi) manusia – ruhani mau pun jasmani – selama tidak dipergunakan, tidak akan dapat berkembang.

Sebagian orang ada yang percaya bahwa seseorang yang benar­-benar memanfaatkan kekuatannya (potensinya) maka umurnya pun akan panjang. Tanpa fungsi (gerak) maka manusia akan menjadi mati. Jika tidak berfungsi maka yang timbul adalah bencana. “
H.M.G.A
READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dajjal & Kecintaan Pada Dunia

Di dalam Hadits suci tertulis tentang Dajjal: "Laa yadaani li-ahadin liqitaalihi" (tidak ada seorang pun yang memiliki kemampuan untuk memeranginya). Kita tidak dapat melawan Dajjal ini dengan menggunakan sarana-sarana duniawi, sebab sarana-sarana duniawi itu sendiri sangat banyak terdapat padanya. Kita hendaknya memiliki suatu senjata ampuh yang tidak dimiliki olehnya, barulah kita dapat menang.

Pada masa sekarang ini, kecintaan terhadap dunia telah menguasai [segenap] makhluk melampaui batas. Itulah yang ingin kita buang, dan membuangnya adalah pekerjaan yang paling sulit.

Ada tertulis bahwa hal yang paling terakhir terbuang dari dalam nafs (jiwa) adalah kecintaan terhadap dunia. Tanpa suatu kekuatan Samawi (Langit) tidak ada suatu jalan keberhasilan bagi kita.”
H.M.G.A
READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dosa dan Rasa Takut Terhadap Allah

“Hanya ada satu cara untuk menghindarkan diri dari dosa-dosa, yakni dengan timbulnya rasa takut terhadap Allah. Tanpa itu, manusia tidak akan dapat menghindarkan diri dari dosa. Dan rasa takut tidak akan dapat timbul tanpa makrifat (pengetahuan).

Apabila sebilah pedang telanjang diletakkan di atas kepala seseorang, dan dia yakin bahwa apabila dia melakukan hal tertentu maka pedang itu akan menebas kepalanya, maka bagaimana dia akan melakukan hal tersebut? Dia yakin bahwa pedang itu akan menyakitinya.

Jika keyakinan seperti itu ditujukan kepada Allah Ta’ala, dan keagungan serta keperkasaan-Nya tertanam di dalam kalbu, maka dalam bentuk apa pun tidak akan mungkin [manusia] melakukan keburukan.”
H.M.G.A
READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

EMPAT KARAKTERISTIK MASYARAKAT MATERIALISTIK


Apa gerangan yang telah memasukanmu ke dalam neraka? Mereka akan menjawab, ‘Kami tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sembahyang. Dan kami tidak memberi makan orang-orang miskin. Dan kami berceloteh bersama mereka yang sibuk berceloteh. Dan kami terus-menerus mengingkari hari pembalasan.’ (S.74 Al-Muddatstsir : 43-47)

Ciri-ciri suatu masyarakat materialistis dan tidak bertuhan telah dikemukakan di atas secara lengkap dan tepat. Ciri-ciri itu adalah :

1 Tidak melaksanakan sembahyang.

2 Tidak memberi makan kepada fakir miskin.

3 Mengejar kesenangan yang sia-sia.

4 Menyangkal akan adanya pertanggungjawaban di Hari Kiamat.

Sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya kita hilangkan dahulu kerancuan yang akan menyulitkan diagnosa keadaan suatu masyarakat. Bahkan pada masyarakat yang kepercayaannya pada Tuhan terlihat kuat serta nyata dan mereka meyakini adanya akhirat sebagai bagian integral dari agama mereka, ternyata kejahatan merajalela yang sebenarnya sulit dipahami bisa ada di tengah pengikut Tuhan dan akhirat dengan kewajiban pertanggung-jawabannya (akuntabilitas).

Muncul pertanyaan, mengapa di masyarakat yang percaya akan Tuhan dan adanya akhirat, materialisme bisa mengakar sedemikian dalamnya? Jawabannya sebenarnya tidak sulit kalau kita teliti kepercayaan mereka secara lebih mendalam. Kenyataan yang ada ialah kepercayaan ketuhanan yang bersifat semu tidak dapat mempengaruhi perilaku kemasyarakatan para penganutnya. Hal ini karena kepercayaan tersebut hanya bersifat akademis dan tidak pernah diterapkan dalam perilaku keagamaan yang bertanggungjawab. Bagaimana mungkin keimanan yang tulus kepada Tuhan berada bersamaan dengan kebohongan, kepalsuan, egoisme yang ekstrim, pengelabuan hak orang lain, korupsi dan kekejaman? Konsep ketuhanan dalam masyarakat demikian hanya bersifat kosmetik, amat maya untuk dapat berperan dalam pembentukan perilaku manusia. Begitu juga dengan kepercayaan pada akhirat dan pertanggungjawaban hanya merupakan bayangan semu dari ajaran semula. Setiap saat, kepentingan individu pada waktu itu selalu mendominasi dan mengabaikan pertimbangan mengenai kehidupan akhirat.

Jika kita berbicara mengenai masyarakat materialistis, kita tidak hanya berbicara mengenai masyarakat yang tegas-tegas menolak pemikiran mengenai ketuhanan dan kehidupan akhirat. Kebanyakan masyarakat theistis atau pun atheistis mungkin terlihat bertentangan secara diametral dalam ideologi mereka, namun nyatanya mereka memiliki sangat banyak persamaan.

READ MORE…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS