oleh karena Zat Allah Ta’ala yang kendati pun sangat cemerlang namun tetap saja sangat tersembunyi, oleh karena itu untuk mengenali-Nya tidak cukup hanya dengan menyaksikan tatanan jasmani yang tampak di hadapan kita saja. Itulah sebabnya kebanyakan orang yang menggantungkan diri pada tatanan ini tetap saja tidak dapat melepaskan diri dari gelapnya keraguan dan kebimbangan. Dan kebanyakan mereka terperangkap dalam berbagai kekeliruan, dan karena terjerat dalam syak wasangka yang sia-sia maka mereka telah tersesat jauh. Padahal mereka merenungkan dengan seksama gugusan sempurna dan kokoh itu yang mengandung ribuan keajaiban. Bahkan mereka telah menciptakan kemahiran-kemahiran di bidang astronomi, ilmu alam, dan filsafat, seolah-olah mereka telah menyatu dengan langit dan bumi. Dan seandainya terpikirkan juga sedikit oleh mereka tentang Sang Pencipta maka itu hanyalah sekedar anggapan yang timbul setelah menyaksikan tatanan yang tinggi dan sempurna, sehingga di dalam hati mereka muncul anggapan bahwa hendaknya memang harus ada suatu wujud yang menciptakan tatanan agung yang mengandung sistem yang penuh hikmah ini. Akan tetapi jelas bahwa pemikiran demikian tidak sempurna, dan itu merupakan makrifat yang dangkal. Sebab mengatakan, “Untuk tatanan ini harus ada satu Tuhan” sekali-kali tidak sama dengan ucapan bahwa, “Tuhan itu benar-benar ada!”.
Ringkasnya, itu hanyalah merupakan makrifat mereka yang bersifat dugaan, yang tidak dapat memberikan ketenangan dan ketentraman kepada hati serta sama sekali tidak dapat menghapuskan kebimbangan kalbu. Dan itu bukanlah suatu mangkuk yang dapat menghilangkan kedahagaan akan makrifat sempurna yang telah dipatrikan pada fitrat manusia. Justru makrifat dangkal demikian itu sangat berbahaya, karena setelah heboh demikian rupa akhirnya tanpa hasil dan tidak membuahkan apa-apa.
Ringkasnya, selama Allah Ta'ala sendiri belum menzahirkan keberadaan-Nya melalui Kalam-Nya -- sebagaimana telah Dia zahirkan melalui perbuatan-Nya selama itu pula penelaahan terhadap perbuatan-Nya semata tidak akan memberikan kepuasan. Misalnya, jika kita melihat sebuah kamar yang terasa mengherankan karena terkunci dari dalam, maka dari perbuatan itu pertama-tama yang pasti terpikirkan oleh kita adalah bahwa di dalam kamar itu pasti ada seseorang telah memasang rantai dari dalam, sebab dari luar tidak mungkin rantai bagian dalam itu dapat dipasangkan. Akan tetapi apabila sampai masa tertentu -- bahkan sampai bertahun-tahun -- kendati pun telah berulang-ulang dipanggil dari orang itu tidak juga ada sahutan maka akhirnya pikiran kita yang beranggapan bahwa ada orang di dalam akan berubah. Dan kita akan berpikir bahwa di dalam tidak ada orang, dan kunci itu telah dipasang dari dalam melalui suatu hikmah tertentu. Demikianlah keadaan para ahli filsafat yang telah membatasi pengetahuan mereka hanya pada penelaahan terhadap perbuatan Tuhan. Ini adalah suatu kekeliruan besar menganggap Tuhan seperti sesuatu yang telah mati, yang dapat dikeluarkan dari dalam kubur hanya oleh manusia. Seandainya Tuhan itu demikian—yang di ketahui oleh usaha manusia—saja
maka seluruh harapan kita berkenaan dengan Tuhan yang demikian itu akan sia-sia.
Justru Tuhan itu adalah Dia yang selamanya dan sejak awal terus memanggil manusia ke arah-Nya dengan menyatakannya sendiri: innal maujuud (Aku ada!). Ini sungguh sangat lancang apabila kita berpikiran bahwa dalam mengetahui tentang Tuhan terdapat ihsaan (kebajikan) manusia atas diri-Nya, dan jika para ahli filsafat tidak ada maka Dia seakan-akan tetap tidak akan ditemukan. Dan mengatakan bahwa, “Bagaimana Tuhan dapat berbicara? Apakah Dia memiliki lidah?” Itu pun suatu kekurang-ajaran. Tidakkah Dia telah menciptakan benda-benda langit dan bumi tanpa tangan-tangan jasmani? Tidakkah Dia melihat seluruh alam semesta tanpa mata asmani? Tidakkah Dia mendengar suara-suara kita tanpa telinga jasmani? Jadi, tidakkah mutlak bahwa Dia juga berbicara dengan cara demikian? Sungguh tidak benar, bahwa di masa mendatang Tuhan tidak bercakap-cakap melainkan hanya di masa lampau saja. Kita tidak dapat menutup ucapan dan percakapan-percakapan-Nya sebatas zaman tertentu saja. Tidak diragukan lagi sekarang pun Dia siap mencurahkan mata air ilham kepada orang-orang yang mencari, sebagaimana sebelumnya Dia siap. Dan sekarang juga pintu-pintu karunia-
Nya tetap terbuka seperti halnya dahulu. Ya, karena segala sesuatu telah sempurna maka syariat serta hukum-hukum pun telah sempurna. Dan seluruh kerasulan serta kenabian telah mencapai kesempurnaannya pada titik akhir dalam wujud Junjungan kita Muhammad saw..
(H.M.G.A)
1 komentar:
Why Online Casino is Good for People to Play
Casino websites provide a better online experience, while also allowing 온카지노 them to 바카라 사이트 be a great place to explore the internet 메리트 카지노 쿠폰 for gaming.
Posting Komentar